Langsung ke konten utama

SHADOW (30DWC#3 hari ke 5)


         Enzi masih saja terdiam dan duduk di ruang tengah rumahnya dengan tatapan mata yang kosong. Sesekali dia menangis dan berteriak ketakutan sambil mengucapkan kata maaf berkali-kali.

             Jika tidak kuat  iman mungkin Ibu Enzi sudah gila juga seperti Enzi. Sudah hampir dua tahun Enzi depresi dan berkali-kali mencoba bunuh diri. Ibunya dengan sabar menjaga dan merawat Enzi dengan kasih sayang.  Terkadang sambil menangis ibunya menyuapkan makanan untuk Enzi walaupun Enzi selalu memberontak untuk makan.

          Ibu Enzi adalah seorang Janda. Dia mempunyai dua anak perempuan Enzi adalah anak pertama dan Alka adalah adik dari Enzi. Dua tahun lalu Enzi mencintai seorang laki-laki bernama Prama, dia adalah laki-laki yang tmnpan, pintar dan sangat ramah kepada semua orang. Tapi tidak bisa di pungkiri Prama lebih dekat dengan Alka karena mereka berdua mempunyai kegiatan yang sama yaitu mengajar les disebuah tempat kusrus swasta. Namun hubungan antara Alka dan Prama hanyalah sebatas teman. Alka tidak mempunyai perasaan yang special kepada Prama, karena dia tau kakaknya sudah lama sekali mengagumi Prama.

          Pada suatu ketika Alka ingin sekali memberikan kejutan kepada kakaknya pada saat kakanya ulang tahun dengan cara mengundang Prama untuk datang ke rumah dan memberikan bunga serta Kue Tart dengan lilin diatasnya untuk Enzi. Sebelum hari itu tiba Alka ingin membuat Enzi cemburu terlebih dahulu dengan meminta Prama datang ke rumah dan berpura-pura mengajak Alka makan malam. Dengan gelap mata Enzi sangat marah dan cemburu karena kedekan Alka dam Prama yang hanya berpura-pura itu. Alka sukses dan sangat berhasil membuat Enzi marah dan kecewa.


          Hari itu Alka pulang larut malam bersama Prama, Ibu sedang tidak ada di rumah. Ketika Prama Pulang. Enzi yang gelap mata atas kecemburuannya itu. Langsung menggenggam pisau di tangan kanannya dengan penuh amarah
“hei ka, ada apa?” Tanya Alka panik
“tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin bermain  Alka sayang" tatapan Enzi penuh kebencian. Bagaikan singa yang ingin menerkam mangsanya
“bermain? Permainan macam apa, hingga kau mengangkat pisau tinggi seperti itu” Alka makin ketakutan
“permainan yang akan membuat kamu bahagia” Enzi berjalan dan mendekati Alka.
Alka menghindar dan menangis ketakutan “ka, tolong lepaskan benda itu. Aku sangat takut ka, tolong”
“Jangan takut sayang” tatapan enzi semakin tajam.

Enzi berhasil menangkap Alka dan menarik tangannya. Entah apa yang merasuki diri Enzi hingga cengkramannya begitu kuat memegang tangan adiknya. Kemudian dengan tatapan mata penuh dendam Enzi menancapkan pisau itu ke perut Alka dan …
“Aw……aaaaa….”
Teriakan dan tangisan Alka di bungkam oleh Enzi dengan menutupkan bantal di wajah Alka. Tapi Alka belum berhasil dibunuh. Dia masih sempat berbincang dengan kakaknya.

“kak, kenapa kamu melakukan ini? Aku sangat menyayangimu” dengan nada rintih menahan perih Alka bertanya kepada kakaknya sambil memegang jari jemari Enzi.

Enzi menatap wajah Alka yang menahan sakit kemudian dia memegang wajah Alka dengan mulut terbuka, tidak percaya bahwa dia telah berhasil melukai adiknya sendiri. Tapi dia kemudaian tertawa terbahak bahak. Kemudian dia menangis histeris dan berteriak menyebut nama Alka. Enzi seperti tida percaya bahwa dia telah melakukan hal yang sangat kejam kepada adiknya sendiri.

“Alka…Apa yang baru saja aku lakukan?” Enzi tersadar bahwa adiknya telah tekapar lemas di lantai dengan cucuran darah yang berceceran diruang tengah.

“Alka, maafkan aku, bangun dek. Maafkan aku sayang. Bangun….”Enzi terlihat sangat menyesal dan memeluk tubuh adiknya begitu erat dan memanggil nama Alka berkali.

          Alka telah mati di tangan Enzi. Ibunya syok bukan kepayang menyaksikan begitu banyak darah berceceran di ruangan tengahnya. Enzi tidak henti-hentinya menangisi kepergian adiknya yang mati di tangannya sendiri. Awalnya Enzi hanya marah karena cemburu bahkan dia tida pecaya bahwa dialah yang menyebabkan adiknya sendiri meninggal.
           
           Satu hari setelah kematian Alka, Prama datang kerumah Enzi dengan membawakan bunga dan kue Tart untuk Enzi sesuai dengan rencana  yang telah di rencanakan sebelumnya dengan Alka.  Prama menyerahkan secarik kertas dari Alka lengkap dengan amplopnya menjelaskan bahwa semuanya sudah di siapkan oleh Alka 2 hari yang lalu. Termasuk rencana untuk membuat Enzi cemburu dengan Alka karena pergi makan malam bersama dengan Prama. Bukan kebahagiaan yang Enzi dapatkan dia hanya menangis sejadi jadinya. Kemuidian Enzi meminta Prama untuk pulang.

       Enzi berteriak sambil mengambil pisau yang dia gunakan untuk membunuh adiknya dan berusaha menancapkan ketubuhnya namun ibunya berhasil menghalanginya.


           Setelah kejadian itu, Enzi terlihat sangat depresi dan  selalu menangis di tengah malam sambil mengucapkan ribuan kata maaf kepada Adiknya. Namun apa daya semua sudah telambat. Enzi terbawa emosi dan tidak mampu mengontrol amarahnya atas kecemburuannya kepada Alka. Bukan cinta yang didapatkan hanya ada penyesalan dan rasa ketakutan yang selalu menghantui dan membanyang-bayangi hati serta pikiran Enzi siang dan malam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Flashback

Semakin bertambah umur,  hati ini semakin sensitif menghadapi hiruk pikuk kehidupan. Ketika sepi melanda, bayang-bayang tentang masalalu hadir dan teringat bahwa dulu diri ini pernah tidak diterima oleh sekelompok orang yang cara berpikirnya berbeda. Aku mungkin paling lemah diantara mereka semua. Saat begitu banyak cacian aku tidak dapat melakukan apa-apa. Hanya air mata yang bisa mengobati perihnya hati. Tapi saat merasa terluka dan tidak diterima, Tuhan mengirimkan aku seseorang yang ternyata membutuhkan aku untuk dikuatkan. Saat kita bersama kita merasa kuat. Saat kita terpisah kita merasa lemah. Tidak banyak orang yang bisa menerima sifatku yang kadang pemarah tapi kadang terlalu sensitif dan menangis tiba-tiba. Oleh sebab itu aku hanya memilih sedikit orang untuk aku kategorikan sebagai sahabat. Waktu aku di sekolah dasar, aku merasa di jauhi banyak orang karena sifatku. Aku mengikuti sebuah organisasi barulah aku merasa bahwa aku mempunyai teman. Tapi selepas dari itu aku teta

Lillahi ta'ala dalam Sholat

Assalamualaikum warahmatullaahi wabarakatuh Hari ini saya ingin bercerita sedikit mengenai sholat . Tadi subuh saya mendengar kultum di salah satu stasiun TV swasta, kira-kira pak Ustadz nya bilang begini " banyak orang yang melaksanakan sholat karena ingin mendekatkan diri kepada Allah. Tapi banyak juga orang yang melaksanakan sholat karena mereka ingin berlari dari Allah" Yang dimaksud melaksanakan sholat karena ingin berlari dari Allah disini adalah mereka yang mengerjakan sholatnya agar gugur kewajiban mereka sebagai orang muslim.  Dan mksdnya menjauh dari Allah adalah, ibadah yang mereka kerjakan tidak diniatkan " lillahi ta'ala" tapi hanya ingin disebut bahwa mereka Islam dan terbilang muslim yang taat (dimata manusia) yang melaksakan rukun Islam tanpa punya niat Lillahi ta'ala. Astagfirullah .... Seketika saya berpikir, saya termasuk kedalam golongan yang mana? Hati saya perih seketika. Jangan-jangan saya termasuk kedalam golongan orang yang mela

Wanita Penikmat Kopi

Hari ini ingin sedikit bercerita tentang seorang wanita yang baru saja saya kenal di awal Agustus tahun 2016 lalu. Beda usia dia kira-kira 4 tahun lebih muda dari pada saya. Kesan pertama saat pertama kali berjumpa cukup baik, pertemuan kami diawali dengan sebuah jabatan tangan dan ciri khas saya saat pertama kali bertemu dengan orang yang baru saya kenal “hai” atau “Halo”. Saat itu dia hanya membalas sapaan saya dengan senyuman. Saya berkenalan dengan dia karena saya dikenalkan oleh seorang teman yang hobi mendaki gunung, jadi saat itu kami bersama-sama mendaki gunung Prau selama 3 hari. Singkat cerita, setelah pendakian gunung berakhir pertemanan kami tidak ikut berakhir juga. Kami masih sering main bersama walau hanya sekedar berbincang dan memesan secangkir kopi. Mamay bercerita bahwa dia sangat suka dengan kopi. O iya, namanya adalah Nurul Humaira saya biasa memanggilnya Mamay. Jadi kali ini saya akan menceritakan tentang mengapa dan sejak kapan Mamay mulai menggemari kopi.