Enzi masih saja terdiam dan duduk di ruang tengah rumahnya dengan tatapan mata yang kosong. Sesekali dia menangis dan berteriak ketakutan sambil mengucapkan kata maaf berkali-kali.
Jika
tidak kuat iman mungkin Ibu Enzi sudah
gila juga seperti Enzi. Sudah hampir dua tahun Enzi depresi dan berkali-kali
mencoba bunuh diri. Ibunya dengan sabar menjaga dan merawat Enzi dengan kasih
sayang. Terkadang sambil menangis ibunya
menyuapkan makanan untuk Enzi walaupun Enzi selalu memberontak untuk makan.
Ibu
Enzi adalah seorang Janda. Dia mempunyai dua anak perempuan Enzi adalah anak
pertama dan Alka adalah adik dari Enzi. Dua tahun lalu Enzi mencintai seorang
laki-laki bernama Prama, dia adalah laki-laki yang tmnpan, pintar dan sangat
ramah kepada semua orang. Tapi tidak bisa di pungkiri Prama lebih dekat dengan
Alka karena mereka berdua mempunyai kegiatan yang sama yaitu mengajar les
disebuah tempat kusrus swasta. Namun hubungan antara Alka dan Prama hanyalah
sebatas teman. Alka tidak mempunyai perasaan yang special kepada Prama, karena
dia tau kakaknya sudah lama sekali mengagumi Prama.
Pada
suatu ketika Alka ingin sekali memberikan kejutan kepada kakaknya pada saat
kakanya ulang tahun dengan cara
mengundang Prama untuk datang ke rumah dan memberikan bunga serta Kue Tart
dengan lilin diatasnya untuk Enzi. Sebelum hari itu tiba Alka ingin membuat
Enzi cemburu terlebih dahulu dengan meminta Prama datang ke rumah dan
berpura-pura mengajak Alka makan malam. Dengan gelap mata Enzi sangat marah dan
cemburu karena kedekan Alka dam Prama yang hanya berpura-pura itu. Alka sukses
dan sangat berhasil membuat Enzi marah dan kecewa.
Hari
itu Alka pulang larut malam bersama Prama, Ibu sedang tidak ada di rumah. Ketika
Prama Pulang. Enzi yang gelap mata atas kecemburuannya itu. Langsung menggenggam
pisau di tangan kanannya dengan penuh amarah
“hei ka, ada apa?” Tanya Alka panik
“tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin bermain Alka sayang" tatapan Enzi penuh kebencian. Bagaikan singa yang ingin menerkam mangsanya
“bermain? Permainan macam apa, hingga kau mengangkat pisau tinggi seperti itu” Alka makin ketakutan
“permainan yang akan membuat kamu bahagia” Enzi berjalan dan mendekati Alka.
Alka menghindar dan menangis ketakutan “ka, tolong lepaskan benda itu. Aku sangat takut ka, tolong”
“Jangan takut sayang” tatapan enzi semakin tajam.
Enzi
berhasil menangkap Alka dan menarik tangannya. Entah apa yang merasuki diri
Enzi hingga cengkramannya begitu kuat memegang tangan adiknya. Kemudian dengan
tatapan mata penuh dendam Enzi menancapkan pisau itu ke perut Alka dan …
“Aw……aaaaa….”
Teriakan dan tangisan Alka di bungkam oleh
Enzi dengan menutupkan bantal di wajah Alka. Tapi Alka belum berhasil dibunuh. Dia
masih sempat berbincang dengan kakaknya.
“kak, kenapa kamu melakukan ini? Aku sangat
menyayangimu” dengan nada rintih menahan perih Alka bertanya kepada kakaknya
sambil memegang jari jemari Enzi.
Enzi menatap wajah Alka yang menahan sakit kemudian
dia memegang wajah Alka dengan mulut terbuka, tidak percaya bahwa dia telah
berhasil melukai adiknya sendiri. Tapi dia kemudaian tertawa terbahak bahak. Kemudian
dia menangis histeris dan berteriak menyebut nama Alka. Enzi seperti tida
percaya bahwa dia telah melakukan hal yang sangat kejam kepada adiknya sendiri.
“Alka…Apa yang baru saja aku lakukan?” Enzi tersadar
bahwa adiknya telah tekapar lemas di lantai dengan cucuran darah yang
berceceran diruang tengah.
“Alka,
maafkan aku, bangun dek. Maafkan aku sayang. Bangun….”Enzi terlihat sangat
menyesal dan memeluk tubuh adiknya begitu erat dan memanggil nama Alka berkali.
Alka telah mati di tangan Enzi.
Ibunya syok bukan kepayang menyaksikan begitu banyak darah berceceran di
ruangan tengahnya. Enzi tidak henti-hentinya menangisi kepergian adiknya yang
mati di tangannya sendiri. Awalnya Enzi hanya marah karena cemburu bahkan dia
tida pecaya bahwa dialah yang menyebabkan adiknya sendiri meninggal.
Satu hari setelah kematian Alka, Prama
datang kerumah Enzi dengan membawakan bunga dan kue Tart untuk Enzi sesuai
dengan rencana yang telah di rencanakan
sebelumnya dengan Alka. Prama
menyerahkan secarik kertas dari Alka lengkap dengan amplopnya menjelaskan bahwa semuanya
sudah di siapkan oleh Alka 2 hari yang lalu. Termasuk rencana untuk membuat
Enzi cemburu dengan Alka karena pergi makan malam bersama dengan Prama. Bukan kebahagiaan
yang Enzi dapatkan dia hanya menangis sejadi jadinya. Kemuidian Enzi meminta
Prama untuk pulang.
Enzi berteriak sambil mengambil
pisau yang dia gunakan untuk membunuh adiknya dan berusaha menancapkan ketubuhnya
namun ibunya berhasil menghalanginya.
Setelah kejadian itu, Enzi terlihat
sangat depresi dan selalu menangis di
tengah malam sambil mengucapkan ribuan kata maaf kepada Adiknya. Namun apa daya
semua sudah telambat. Enzi terbawa emosi dan tidak mampu mengontrol amarahnya
atas kecemburuannya kepada Alka. Bukan cinta yang didapatkan hanya ada
penyesalan dan rasa ketakutan yang selalu menghantui dan membanyang-bayangi hati
serta pikiran Enzi siang dan malam.
Komentar
Posting Komentar