Langsung ke konten utama

Surat Galau (30DWC#3 Hari 6)

6 Desember 2016

Hai mas, apa kabar? Sudah lama sekali kita tidak bertemu. Bagaimana kabar ibu dan ayahmu, oh iya  dan mba Farah juga? Tidak tahu mengapa aku masih sering memimpikan mereka dan mengingat kedekatan kita dulu. Padahal dulu kita sangat sering menghabiskan waktu bersama. Makan pecel ayam di dekat rumah mu hampir setiap minggu dan makan rujak sore hari di saung depan rumahmu sambil memperhatiakn anak-anak kecil bermain layang-layang di pelataran rumahmu yang cukup luas itu.

Dua tahun menjalin hubungan antara aku dan keluargamu ternyata tidak bisa mengantarkan kita ke jenjang pernikahan. Cincin yang sempat ibumu siapkan untukku juga sudah tak ada kabarnya. Aku tidak menyaka sekian lama kita bersama ternyata mereka tidak menyetujui hubungan kita hanya karena aku berasal dari suku betawi katamu. Apa iya seperti itu?

Ahh. Sulit sekali memepercayai bahwa mereka tidak setuju dengan hubungan kita ini. Apa mereka hanya berpura-pura baik selama ini?

Apa aku harus meminta kepastian mereka? Aku malu mas kalau harus meminta kepastian kepada mereka dimana harga diri ku kalau begitu?
Atau mungkin kamu yang sedang membohongi diriku karena ada perempuan lain yang sedang ingin kau perjuangkan untuk menjadi istrimu?

Aku sudah lelah menduga-duga. Sakit sekali rasanya memikirkan mimpi-mimpi kita, ohhh bukan.. mumpi-mimpiku maksudku. Mimpi-mimpi untuk bisa bersanding bersama mu. Kamu yang tertampan yang perrnah aku temui, kamu yang terbaik yang pernah ada tapi nyatanya kamu yang benar-benar membuat hatiku remuk dan hancur.

Kalau kau bisa lihat, deras sekali darah mengucur di hatiku. Perih sekali mas rasanya. Apa kamu tidak mengerti? Bertahun-tahun berharap tapi harapan itu di hancurkan dengan alasan yang tidak masuk akal. Apa iya mereka tidak menyukai suku ku apa ada yang salah dengan sukuku? Kalau memang kau mencintaiku apa salahnya  memperjuangkanku dan katakan kepada meraka bahwa suku itu bukan penghalang atas rasa cintamu kepada ku.

Lalu untuk apa juga dulu ibumu siapkan cincin? Aku masih ingat ibumu pernah berjanji akan datang kerumah kalau kau sudah diangkat menjadi kepala kantor di tempatmu bekerja. Sekarang sudah kan? Tapi kau yang malah menghindar. Aku makin percaya jika memang kamulah yang menginginkan aku tidak menjadi istrimu.

Ah…. Sudahlah…
Jika memang benar keluarga mu tidak menyukai aku karena sukuku, tolong katakan kepada mereka tidak ada yang salah dengan sukuku, aku pun tidak pernah meremehkan suku manapun.
Aku tidak pernah meremehkan suku-suku manapun yang ada di negeri kita ini. Yang aku tau cinta itu tidak harus terhalang hanya karena perbedaan suku.

Jujur saja aku masih butuh penjelasan, tapi semakin sering aku memikirkanmu semakin perih menahan rasa sakit ini mas. Aku masih belum bisa melupakan begitu saja bagaimana kita dulu begitu dekat sekali tanpa jarak. Tapi apalah dayaku?

Haruskah mengiba dan memohon agar kamu kembali? Aku rasa itu percuma. Ini mungkin yang dinamakan belum berjodoh. Bagaimana pun rasanya tetap saja tidak bisa bersama. Sekarang aku ihlaskan kamu untuk temukan bidadari yang kamu inginkan. Jaga kesehatan mu baik-baik ya. Jangan terlalu banyak minum vitamin C karena akan membuat lambungmu sakit nantinya.

Aku yang akan selalu mendoakan kamu dan keluargamu dalam keadaan baik.

Diandra

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Flashback

Semakin bertambah umur,  hati ini semakin sensitif menghadapi hiruk pikuk kehidupan. Ketika sepi melanda, bayang-bayang tentang masalalu hadir dan teringat bahwa dulu diri ini pernah tidak diterima oleh sekelompok orang yang cara berpikirnya berbeda. Aku mungkin paling lemah diantara mereka semua. Saat begitu banyak cacian aku tidak dapat melakukan apa-apa. Hanya air mata yang bisa mengobati perihnya hati. Tapi saat merasa terluka dan tidak diterima, Tuhan mengirimkan aku seseorang yang ternyata membutuhkan aku untuk dikuatkan. Saat kita bersama kita merasa kuat. Saat kita terpisah kita merasa lemah. Tidak banyak orang yang bisa menerima sifatku yang kadang pemarah tapi kadang terlalu sensitif dan menangis tiba-tiba. Oleh sebab itu aku hanya memilih sedikit orang untuk aku kategorikan sebagai sahabat. Waktu aku di sekolah dasar, aku merasa di jauhi banyak orang karena sifatku. Aku mengikuti sebuah organisasi barulah aku merasa bahwa aku mempunyai teman. Tapi selepas dari itu aku teta

Lillahi ta'ala dalam Sholat

Assalamualaikum warahmatullaahi wabarakatuh Hari ini saya ingin bercerita sedikit mengenai sholat . Tadi subuh saya mendengar kultum di salah satu stasiun TV swasta, kira-kira pak Ustadz nya bilang begini " banyak orang yang melaksanakan sholat karena ingin mendekatkan diri kepada Allah. Tapi banyak juga orang yang melaksanakan sholat karena mereka ingin berlari dari Allah" Yang dimaksud melaksanakan sholat karena ingin berlari dari Allah disini adalah mereka yang mengerjakan sholatnya agar gugur kewajiban mereka sebagai orang muslim.  Dan mksdnya menjauh dari Allah adalah, ibadah yang mereka kerjakan tidak diniatkan " lillahi ta'ala" tapi hanya ingin disebut bahwa mereka Islam dan terbilang muslim yang taat (dimata manusia) yang melaksakan rukun Islam tanpa punya niat Lillahi ta'ala. Astagfirullah .... Seketika saya berpikir, saya termasuk kedalam golongan yang mana? Hati saya perih seketika. Jangan-jangan saya termasuk kedalam golongan orang yang mela

Wanita Penikmat Kopi

Hari ini ingin sedikit bercerita tentang seorang wanita yang baru saja saya kenal di awal Agustus tahun 2016 lalu. Beda usia dia kira-kira 4 tahun lebih muda dari pada saya. Kesan pertama saat pertama kali berjumpa cukup baik, pertemuan kami diawali dengan sebuah jabatan tangan dan ciri khas saya saat pertama kali bertemu dengan orang yang baru saya kenal “hai” atau “Halo”. Saat itu dia hanya membalas sapaan saya dengan senyuman. Saya berkenalan dengan dia karena saya dikenalkan oleh seorang teman yang hobi mendaki gunung, jadi saat itu kami bersama-sama mendaki gunung Prau selama 3 hari. Singkat cerita, setelah pendakian gunung berakhir pertemanan kami tidak ikut berakhir juga. Kami masih sering main bersama walau hanya sekedar berbincang dan memesan secangkir kopi. Mamay bercerita bahwa dia sangat suka dengan kopi. O iya, namanya adalah Nurul Humaira saya biasa memanggilnya Mamay. Jadi kali ini saya akan menceritakan tentang mengapa dan sejak kapan Mamay mulai menggemari kopi.