6 Desember 2016
Hai mas, apa kabar? Sudah lama sekali kita tidak bertemu. Bagaimana kabar ibu dan ayahmu, oh iya dan mba Farah juga? Tidak tahu mengapa aku masih sering memimpikan mereka dan mengingat kedekatan kita dulu. Padahal dulu kita sangat sering menghabiskan waktu bersama. Makan pecel ayam di dekat rumah mu hampir setiap minggu dan makan rujak sore hari di saung depan rumahmu sambil memperhatiakn anak-anak kecil bermain layang-layang di pelataran rumahmu yang cukup luas itu.
Dua tahun menjalin hubungan antara aku dan keluargamu ternyata tidak bisa mengantarkan kita ke jenjang pernikahan. Cincin yang sempat ibumu siapkan untukku juga sudah tak ada kabarnya. Aku tidak menyaka sekian lama kita bersama ternyata mereka tidak menyetujui hubungan kita hanya karena aku berasal dari suku betawi katamu. Apa iya seperti itu?
Ahh. Sulit sekali memepercayai bahwa mereka tidak setuju dengan hubungan kita ini. Apa mereka hanya berpura-pura baik selama ini?
Apa aku harus meminta kepastian mereka? Aku malu mas kalau harus meminta kepastian kepada mereka dimana harga diri ku kalau begitu?
Atau mungkin kamu yang sedang membohongi diriku karena ada perempuan lain yang sedang ingin kau perjuangkan untuk menjadi istrimu?
Aku sudah lelah menduga-duga. Sakit sekali rasanya memikirkan mimpi-mimpi kita, ohhh bukan.. mumpi-mimpiku maksudku. Mimpi-mimpi untuk bisa bersanding bersama mu. Kamu yang tertampan yang perrnah aku temui, kamu yang terbaik yang pernah ada tapi nyatanya kamu yang benar-benar membuat hatiku remuk dan hancur.
Kalau kau bisa lihat, deras sekali darah mengucur di hatiku. Perih sekali mas rasanya. Apa kamu tidak mengerti? Bertahun-tahun berharap tapi harapan itu di hancurkan dengan alasan yang tidak masuk akal. Apa iya mereka tidak menyukai suku ku apa ada yang salah dengan sukuku? Kalau memang kau mencintaiku apa salahnya memperjuangkanku dan katakan kepada meraka bahwa suku itu bukan penghalang atas rasa cintamu kepada ku.
Lalu untuk apa juga dulu ibumu siapkan cincin? Aku masih ingat ibumu pernah berjanji akan datang kerumah kalau kau sudah diangkat menjadi kepala kantor di tempatmu bekerja. Sekarang sudah kan? Tapi kau yang malah menghindar. Aku makin percaya jika memang kamulah yang menginginkan aku tidak menjadi istrimu.
Ah…. Sudahlah…
Jika memang benar keluarga mu tidak menyukai aku karena sukuku, tolong katakan kepada mereka tidak ada yang salah dengan sukuku, aku pun tidak pernah meremehkan suku manapun.
Aku tidak pernah meremehkan suku-suku manapun yang ada di negeri kita ini. Yang aku tau cinta itu tidak harus terhalang hanya karena perbedaan suku.
Jujur saja aku masih butuh penjelasan, tapi semakin sering aku memikirkanmu semakin perih menahan rasa sakit ini mas. Aku masih belum bisa melupakan begitu saja bagaimana kita dulu begitu dekat sekali tanpa jarak. Tapi apalah dayaku?
Haruskah mengiba dan memohon agar kamu kembali? Aku rasa itu percuma. Ini mungkin yang dinamakan belum berjodoh. Bagaimana pun rasanya tetap saja tidak bisa bersama. Sekarang aku ihlaskan kamu untuk temukan bidadari yang kamu inginkan. Jaga kesehatan mu baik-baik ya. Jangan terlalu banyak minum vitamin C karena akan membuat lambungmu sakit nantinya.
Aku yang akan selalu mendoakan kamu dan keluargamu dalam keadaan baik.
Diandra
Komentar
Posting Komentar