Langsung ke konten utama

The power of shodaqoh


Sodaqoh saat sempit bisa membuka pintu rezeki ?
Ah yang bener? 

Dalam hati bertanya-tanya. Apa iya bershodaqoh kala sempit bisa membuka pintu rezeki. Sebenarnya saya sudah lama mengetahui tentang keutamaan shodaqoh tapi prakteknya yang jarang karena dulu saya berpikir "saya aja masih kurang". Hehe 
Tapi saya punya pengalaman luar biasa tentang shodaqoh.

Beberapa bulan lalu saya pergi jalan-jalan ke Bali. Acara gathering dari kantor. Walaupun pihak kantor sudah menjamin semuanya termasuk biaya tiket, makan dan hotel, tapi saya harus mempersiapkan uang untuk beli oleh-oleh  buat keluarga. Tapi pada saat itu uang di ATM saya hanya ada 300.000, saya pikir mana cukup untuk 4 hari di Bali.

Dua minggu sebelum berangkat ke Bali tiba-tiba ada kakak kelas saya message di Facebook awalnya sih menanyakan kabar, terus setelah kita saling menyapa. Si Kakak kelas saya ini memberikan informasi mengenai acara berbagi untuk anak Yatim. Awalnya rada males bacanya tapi gak tau kenapa hati kecil saya ingin sekali menyumbangkan sedikit uang untuk adik-adik yatim piatu itu. Akhirnya dengan modal nekat karena uang di ATM tinggal 300.000 saya hanya bisa menyumbangkan uang saya sebesar titik titik. (rahasia)

Setelah uang di transfer, buru-buru saya langsung kabarin si kakak kelas saya. Kemudian dia mengucapkan terima kasih dan mendoakan agar saya dimudahkan rizkinya. Aamiin.

Sepulangnya dari ATM, saya termenung dan berpikir nanti ke Bali bagaimana nih, gak ada uang, bla.. bla.. bla.. Tapi saya ingat bahwa kalau kita memberi pasti Allah akan memberikan kita lebih dari apa yang kita berikan kepada orang lain. Saya ikhlas dan menunggu hari itu tiba dengan bertanya-tanya mau pinjam sama siapa nanti yah.. heheh

Tapi keajaiban Allah datang kepada saya tanpa di duga-duga. Dua hari sebelum berangkat ke Bali, istri dari pak boss saya (saya biasanya panggil dia Ibu) minta saya masuk kedalam kamarnya (saya bekerja di sebuah perusahaan jasa konsultan pajak dimana rumah si pemilik usaha ini di jadikan kantor). Ibu menghitung uang yang terdiri dari pecahan 50 ribuan.
“Seratus, dua ratus, tiga ratus, empat ratus, lima ratus……ini buat kamu siti. Untuk beli oleh –oleh buat ibu mu yah”
Saya terdiam beberapa detik kemudian tersenyum.
“Alhamdulillah Ibu, terima kasih banyak"
“iya semoga bermanfaat ya..”

Saya meninggalkan kamar ibu dengan senyum-senyum hampir menangis. Saya tidak bisa membayangkan, karena pada waktu itu saya hanya menyumbangkan sebagian kecil dari uang saya, tapi saya dapat uang berlipat lipat ganda dari apa yg saya berikan. Saya tidak berhenti mengucap rasa syukur atas rezeki yang saya terima  hari itu. Allah tidak akan pernah mengingkari janjinya. Saat itulah saya selalu berusaha menyisahkan uang gajian saya untuk berbagi. Maaf ini bukan sombong hanya ingin berbagi cerita  bahwa ketika kita mengikhlaskan sesuatu yang kita sayang-sayangkan, maka Insha Allah, Allah akan memberikan lebih dari itu semua.

Dalam sebuah kajian yg saya hadiri beberapa bulan lalu dipaparkan jika kita tidak bisa bersedakah dengan uang, kita bisa juga bersedekah  dalam bentuk lainnya. Salah satunya adalah berbuat baik kepada sesama, menjaga perkataan dan perbuatan, membantu ibu di rumah, membereskan rumah, menyapa dan tersenyum sesama mukmin, menyingkirkan paku/kayu yang menghalangi jalan yang di takutkan merugikan orang lain, dan semua jenis kebaikan adalah sedekah.

Jadi jangan takut sedekah, jangan takut berbuat baik, jangan takut kekurangan.. karena Allah yang akan mencukupkan kita. Karena saat kita berbuat baik kepada orang lain sama saja kita berbuat baik untuk diri kita sendiri.

Semoga bermanfaat.

02 Desember 2016
Siti Ayuni
#30DWC  #30DWC2 #30DWCjilid3

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Flashback

Semakin bertambah umur,  hati ini semakin sensitif menghadapi hiruk pikuk kehidupan. Ketika sepi melanda, bayang-bayang tentang masalalu hadir dan teringat bahwa dulu diri ini pernah tidak diterima oleh sekelompok orang yang cara berpikirnya berbeda. Aku mungkin paling lemah diantara mereka semua. Saat begitu banyak cacian aku tidak dapat melakukan apa-apa. Hanya air mata yang bisa mengobati perihnya hati. Tapi saat merasa terluka dan tidak diterima, Tuhan mengirimkan aku seseorang yang ternyata membutuhkan aku untuk dikuatkan. Saat kita bersama kita merasa kuat. Saat kita terpisah kita merasa lemah. Tidak banyak orang yang bisa menerima sifatku yang kadang pemarah tapi kadang terlalu sensitif dan menangis tiba-tiba. Oleh sebab itu aku hanya memilih sedikit orang untuk aku kategorikan sebagai sahabat. Waktu aku di sekolah dasar, aku merasa di jauhi banyak orang karena sifatku. Aku mengikuti sebuah organisasi barulah aku merasa bahwa aku mempunyai teman. Tapi selepas dari itu aku teta

Lillahi ta'ala dalam Sholat

Assalamualaikum warahmatullaahi wabarakatuh Hari ini saya ingin bercerita sedikit mengenai sholat . Tadi subuh saya mendengar kultum di salah satu stasiun TV swasta, kira-kira pak Ustadz nya bilang begini " banyak orang yang melaksanakan sholat karena ingin mendekatkan diri kepada Allah. Tapi banyak juga orang yang melaksanakan sholat karena mereka ingin berlari dari Allah" Yang dimaksud melaksanakan sholat karena ingin berlari dari Allah disini adalah mereka yang mengerjakan sholatnya agar gugur kewajiban mereka sebagai orang muslim.  Dan mksdnya menjauh dari Allah adalah, ibadah yang mereka kerjakan tidak diniatkan " lillahi ta'ala" tapi hanya ingin disebut bahwa mereka Islam dan terbilang muslim yang taat (dimata manusia) yang melaksakan rukun Islam tanpa punya niat Lillahi ta'ala. Astagfirullah .... Seketika saya berpikir, saya termasuk kedalam golongan yang mana? Hati saya perih seketika. Jangan-jangan saya termasuk kedalam golongan orang yang mela

Wanita Penikmat Kopi

Hari ini ingin sedikit bercerita tentang seorang wanita yang baru saja saya kenal di awal Agustus tahun 2016 lalu. Beda usia dia kira-kira 4 tahun lebih muda dari pada saya. Kesan pertama saat pertama kali berjumpa cukup baik, pertemuan kami diawali dengan sebuah jabatan tangan dan ciri khas saya saat pertama kali bertemu dengan orang yang baru saya kenal “hai” atau “Halo”. Saat itu dia hanya membalas sapaan saya dengan senyuman. Saya berkenalan dengan dia karena saya dikenalkan oleh seorang teman yang hobi mendaki gunung, jadi saat itu kami bersama-sama mendaki gunung Prau selama 3 hari. Singkat cerita, setelah pendakian gunung berakhir pertemanan kami tidak ikut berakhir juga. Kami masih sering main bersama walau hanya sekedar berbincang dan memesan secangkir kopi. Mamay bercerita bahwa dia sangat suka dengan kopi. O iya, namanya adalah Nurul Humaira saya biasa memanggilnya Mamay. Jadi kali ini saya akan menceritakan tentang mengapa dan sejak kapan Mamay mulai menggemari kopi.