Langsung ke konten utama

SUDAHKAH KAU SIAP?

Hasil gambar untuk kematian


Segala sesuatunya perlu dipersiapkan, karena kita tidak pernah tahu kapan kita akan…

***

Sudah hampir 3 minggu ayah dirawat di rumah sakit. Keadaannya sudah semakin mebaik semenjak di pindah rumah sakit dengan dokter ahli yang mampu menangani sakitnya. Ibu tidak pernah memberi tahu ayah sakit apa. Ibu hanya memintaku untuk tetap semangat bekerja tanpa beban pikiran.

Saat aku datang berkunjung ke rumah sakit sudah ada makanan tersedia untuk ayah makan siang. Ayah memintaku untuk menyuapi makan kepadanya. Aku menggambil semangkuk bubur dan mencampurkannya dengan sayur sup yang sudah tersedia di meja.
“Yah, kapan kira-kira kita bisa pulang?” tanyaku kepada ayah sambil menyuapi bubur ke mulutnya.
“sebentar lagi Ra, jangan terlalu dipikirkan. Istirahat yang cukup biar kamu juga ndak sakit” pesan ayah singkat sambil mengunyah makanan.
“iya yah”
“o iya Ra. Nanti kamu pulang sebentar ya, kamu buka lemari ayah. Bagian lemari paling atas ada uang lima ratus ribu. Tolong kamu simpan ya. Takut-takut nanti dibutuhkan”
“Iya yah, nanti aku pulang sebentar. Aku juga mau cuci baju ibu yang kotor dan membawakan baju ganti untuk ibu” jawabku dengan senyuman
“ingat uangnya di simpan ya. Disimpan” tegas ayah kembali.
“Iya Ayah. Aku janji, uangnya akan aku simpan dengan baik. Memangnya untuk apa?” tanyaku penasaran.
“Iya, pokoknya disimpan saja, untuk keperluan nanti” jelas ayah
Perbincangan kami terputus karena tiba-tiba ada ibu yang masuk memberikan sebungkus nasi untuk aku makan siang. Ibu memintaku untuk menghabiskan makan siangku kemudian segera pulang untuk membawakan baju-baju kotor ayah dan ibu.

Aku pun pulang. Sesampai di rumah aku segera memeriksa lemari ayah yang katanya ada uang sejumlah lima ratus ribu. Setelah aku memeriksanya akupun menemukan sejumlah uang dengan nominal yang sama seperti yang ayah jelaskan tadi. Segera aku menyimpannya di tempat yag lebih aman.

***

Sudah hampir empat minggu ayah di rawat, ibuku bilang ayah belum bisa pulang karena 3 hari setelah terakhir aku menjenguknya keadaannya makin memburuk.

Namun, tepat pada 4 minggu ayah di rawat di rumah sakit. Tiba-tiba aku mendengar teleponku berbunyi. Ternyata ibu yang meneleponku. Ibu memberikan kabar bahwa ayah kritis. Lantas saja aku lemas dan menangis. Saat itu aku sedang bekerja. Aku segera meminta ijin kepada atasanku untuk pulang lebih awal dan segera ke rumah sakit untuk melihat keadaaan  ayah.

Sesampai disana semua keluarga ayah dan ibuku sudah berkumpul, kedua kakak perempuanku dan suaminya pun sudah ada disana. Aku tidak menghiraukan mereka, aku  bergegas masuk kedalam ruangan tempat ayah di rawat.

Sudah begitu banyak selang yang terpasang di tubuhnya. Infusan dimana-mana. Membuat aku perih menyaksikannya. Napas… napas ayah sudah terengah-engah. Aku tidak mengerti apa yang terjadi dengannya. Aku memegangi tangan kirinya dan mencium tangannya dengan air mata yang tidak berhenti mengalir di pipiku. Kakek dan ibuku pun ikut menangis. Ragaku begitu lemas, jantungku seperti berhenti berdetak. Rasanya perih sekali menyaksikan orang yang aku sayang dalam keadaan tersiksa seperti itu. Padahal beberapa hari lalu aku masih sempat berbincang dan menyuapi makannan kepadanya. Tapi sekarang napasnya sudah terengah-engah. Matanya tertutup tapi aku melihat ada air mata yang keluar mengalir di pipinya.
“ayah, ayah bilang kita akan pulang secepatnya. Bangun yah. Kita pulang” rengekku sambil memeluk tubuhnya yang telanjang dada tanpa busana
“Ayah……..” Selama hampir 10 menit aku menangis di pelukan ayah kemudian suasana menjadi hening saat ada dokter yang masuk dan berbicara kepada ibuku. Katanya sudah tidak ada harapan lagi, jika alat dan segala macam selang yang terpasang di tubuh ayah dicopot, ayah akan….
Hatiku semakin perih rasanya ingin pingsan, tapi kakekku membisikanku sambil memeluk tubuhku untuk mengikhlaskan ayah. Karena sudah 4 hari keadaan ayah drop dan tidak ada perubahan.
“kangker yang menggerogoti hati ayahmu sudah semakin parah. Tim dokter sudah berusaha dengan segala kemampuannya, tapi keadaan ayahmu semakin parah” jelas kakek
“Kangker di hati? Jadi ayah sakit kangker hati kek?” air mataku makin tidak terbendung
Kakek mengajakku berdiri di samping ayah, kemudian dia memintaku mendoakannya, sambil melafadzkan tahlil ke telinganya. Kakek bilang terakhir sadar ayah mencariku dan ingin bertemu dengan ku.

Aku pun menuruti apa yang di perintahkan oleh kakekku sambil mengucapkan dalan hati “jika memang pergi adalah jalan terbaik bagi ayah, maka aku ikhlas. Aku sungguh tidak sanggup menyaksikan ayah tersiksa seperti ini”

Tidak lama, entah apa yang terjadi. Napas ayah terhenti dan ayah menghembuskan napas terakhirnya saat aku menggenggam tangannya. Aku tidak bisa berkata-kata. Tubuhku begitu lemas sudah tidak ada air mata yang keluar lagi dari mataku. Ayah telah tiada.

***

Jenazah ayah sudah di bawa pulang. Jam 09.00 pagi sudah ada amil yang datang untuk memandikan dan mengkafankan jenazah ayah. Lalu tiba-tiba pak RT bilang kepada ibuku bahwa biaya untuk memandikan jenazah dan membeli kain kafan serta keperluan lainnya adalah lima ratus ribu rupiah.

Aku yang mendengar penjelasan dari pak RT duduk lemas di lantai dan menangis sambil menggerung.
“Ayah sudah siapkan semuanya pak, uangnya ada di saya. Iya lima ratus ribu. Uangnya ada di saya. Dia sudah menyiapkan uang untuk keperluan mandi dan mengkafankan jenazahnya” jelasku sambil menangis dan bercucuran air mata.
Ibu dan saudara-saudaraku menangis terharu dan memeluk tubuhku sangat erat.

***

Mengertilah kita bahwa pada hakikatnya masa depan bagi setiap manusia adalah kematian. Kematian adalah pasti bagi semua makhluk hidup yang bernyawa, maka tugas kita sebagai manusia adalah mempersiapkan semua sebaik-baiknya dengan  senantiasa mendekatkan diri dan beribadah kepada sang pemilik segalaNya.

Sesuatu yang perlu disiapkan tidak selalu tentang dunia tapi kita juga perlu mempersiapkan tentang akhirat.

Sudahkah kita siap?

Semoga aku, kalian dan kita semua adalah orang-orang yang tergolong dalam golongan orang yang senantiasa memperbaiki diri dan senantiasa mempersiapkan diri untuk urusan akhirat. Aamiin

Insha Allah…

Semoga bermanfaat..

Siti Ayuni

30DWC day27
#MasaDepan 

Komentar

  1. 😒😒😒😒😒😒😒😒😒😒😒😒😒😒

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Flashback

Semakin bertambah umur,  hati ini semakin sensitif menghadapi hiruk pikuk kehidupan. Ketika sepi melanda, bayang-bayang tentang masalalu hadir dan teringat bahwa dulu diri ini pernah tidak diterima oleh sekelompok orang yang cara berpikirnya berbeda. Aku mungkin paling lemah diantara mereka semua. Saat begitu banyak cacian aku tidak dapat melakukan apa-apa. Hanya air mata yang bisa mengobati perihnya hati. Tapi saat merasa terluka dan tidak diterima, Tuhan mengirimkan aku seseorang yang ternyata membutuhkan aku untuk dikuatkan. Saat kita bersama kita merasa kuat. Saat kita terpisah kita merasa lemah. Tidak banyak orang yang bisa menerima sifatku yang kadang pemarah tapi kadang terlalu sensitif dan menangis tiba-tiba. Oleh sebab itu aku hanya memilih sedikit orang untuk aku kategorikan sebagai sahabat. Waktu aku di sekolah dasar, aku merasa di jauhi banyak orang karena sifatku. Aku mengikuti sebuah organisasi barulah aku merasa bahwa aku mempunyai teman. Tapi selepas dari itu aku teta

Lillahi ta'ala dalam Sholat

Assalamualaikum warahmatullaahi wabarakatuh Hari ini saya ingin bercerita sedikit mengenai sholat . Tadi subuh saya mendengar kultum di salah satu stasiun TV swasta, kira-kira pak Ustadz nya bilang begini " banyak orang yang melaksanakan sholat karena ingin mendekatkan diri kepada Allah. Tapi banyak juga orang yang melaksanakan sholat karena mereka ingin berlari dari Allah" Yang dimaksud melaksanakan sholat karena ingin berlari dari Allah disini adalah mereka yang mengerjakan sholatnya agar gugur kewajiban mereka sebagai orang muslim.  Dan mksdnya menjauh dari Allah adalah, ibadah yang mereka kerjakan tidak diniatkan " lillahi ta'ala" tapi hanya ingin disebut bahwa mereka Islam dan terbilang muslim yang taat (dimata manusia) yang melaksakan rukun Islam tanpa punya niat Lillahi ta'ala. Astagfirullah .... Seketika saya berpikir, saya termasuk kedalam golongan yang mana? Hati saya perih seketika. Jangan-jangan saya termasuk kedalam golongan orang yang mela

Wanita Penikmat Kopi

Hari ini ingin sedikit bercerita tentang seorang wanita yang baru saja saya kenal di awal Agustus tahun 2016 lalu. Beda usia dia kira-kira 4 tahun lebih muda dari pada saya. Kesan pertama saat pertama kali berjumpa cukup baik, pertemuan kami diawali dengan sebuah jabatan tangan dan ciri khas saya saat pertama kali bertemu dengan orang yang baru saya kenal “hai” atau “Halo”. Saat itu dia hanya membalas sapaan saya dengan senyuman. Saya berkenalan dengan dia karena saya dikenalkan oleh seorang teman yang hobi mendaki gunung, jadi saat itu kami bersama-sama mendaki gunung Prau selama 3 hari. Singkat cerita, setelah pendakian gunung berakhir pertemanan kami tidak ikut berakhir juga. Kami masih sering main bersama walau hanya sekedar berbincang dan memesan secangkir kopi. Mamay bercerita bahwa dia sangat suka dengan kopi. O iya, namanya adalah Nurul Humaira saya biasa memanggilnya Mamay. Jadi kali ini saya akan menceritakan tentang mengapa dan sejak kapan Mamay mulai menggemari kopi.